Sabtu, 09 Oktober 2010

Tentang Saya Melihat Dunia

Tok! Tok! Tok! Pagi-pagi sekali, pintu blog saya sudah digedor. Saya yang penasaran mencoba mengintip dari layar leptop. 
Seorang laki-laki muda, memakai kemeja biru kotak-kotak yang dirangkapi rompi, celana jins belel, sepatu kets, menenteng tas besar dan... ow, ada sebuah tanda pengenal yang terkalungkan di lehernya.
"Siapa ya?" Tanya saya harap2 cemas ketika membuka blog. Otak saya mencari kemungkinan paling tepat siapa sebenarnya yang berdiri di depan saya ini. Tukang pos? Rasanya gak ada yang pernah ngirimin surat deh. Tukang tagih utang? Kayaknya saya gak pernah ngutang di dunia maya deh.
"Maaf, saya wartawan yang ingin mewawancari pengelola blog ini." Katanya kemudian, menyirnakan segala bentuk pertanyaan saya, "Apakah orang itu Anda?"
"Oh, iya. Benar! Mari-mari, silahkan..."
"Terima Kasih." Jawabnya kemudian, "Bisa langsung kita mulai?"
"Boleh. Ngomong2 wawancara apa nih?" Saya mulai ke-GR-an.
"Buat perkenalan. Biar yang baca blog Anda tahu siapa yang mengelola blog ini dan deskripsi isinya. Kalo nggak keberatan, kita mulai saja wawancaranya. Saya akan memberi pertanyaan dan langsung Anda jawab. Kita mulai ya:

Apa benar nama Anda itu Akmal Nurdwiyan? Pengelola blog ini?
Iya benar. Itu nama saya, mau ngecek KTP sama kartu perpus saya nih? (merogoh-rogoh saku)


Tidak perlu. Lalu siapa itu "ndaru"?
Oh, itu nama saya juga. Nama kecil pemberian ibu. Ga papa juga kalo mau manggil pake nama itu.

Oke, cukup. Memangnya siapa Anda?
Saya laki-laki.

Bukan itu maksud pertanyaan saya, "siapa" Anda itu?
Oh, maaf. Saya baru ngeh maksudnya. Saya cuma seorang hamba yang berusaha mengabdikan diri seutuhnya pada Allah. Saya manusia biasa, yang ingin berbagi inspirasi dan motivasi. Saya cuma ingin mengajak yang lain kepada jalan kebaikan, sebagai bekal saya pulang kampung ke akhirat.

Kenapa nama blog Anda sayamelihatdunia?
Sebenernya sih mau pake nama pedangkata, cuma udah ada yang pake nama itu. Mau pake bahasa Inggris biar keren, eh, saya gak terlalu jago bahasa inggris, jadinya takut salah. Karena bingung, temen saya kemudian ada yang mengusulkan, "gimana kalo blognya dikasih nama 'sastawanstess' atau 'sastrawansedeng'?" Busyet! Saya mah gak mau. Akhirnya saya pilih lah nama sayamelihatdunia.

Bisa tolong lebih dijelaskan arti sayamelihatdunia?
Menurut saya, kata-kata itu seperti alat penyimpan memori, pelukis kejadian, dan juga pengikat harapan. Blog kan diisi tulisan tuh? Makanya, melalui blog ini saya ingin mengajak Anda semua untuk melihat respon, cerminan, atau harapan saya terhadap dunia dan kehidupan ini.

Apa saja isinya?
Insya Allah isinya akan banyak bercerita tentang berbagai macam permasalahan kehidupan yang akan coba kita urai dari sudut pandang yang syari. Lalu akan kita coba menggali inspirasi dan motivasi dari dalamnya. Bisa berupa kisah pribadi saya, kisah di sekitar saya, atau juga imajinasi-imajinasi saya.

Yang lain boleh berkomentar atau ikut berbagi?
Walah, ya jelas boleh dong. Malah saya tunggu komentarnnya. Sama-sama berbagi untuk kebaikan, insya Allah itu sangat mulia.

Baik, saya kira cukup sekian. Nanti kalo ada yang perlu saya tanyakan lagi, saya akan kembali. Saya pamit dulu, Adios!
Woi, Mas! Mas! Kok langsung ngilang sih?! Saya nggak difoto-foto dulu nih?

Jumat, 08 Oktober 2010

Ketika segalanya Berawal

Ini adalah postingan awal saya… Semoga segalanya bermula baik dari sini :)
Hmm, saya ingin memulai cerita dengan me-review kembali episode-episode kehidupan yang telah terlwati. Saya kira, dari SMA lah hidup saya yang dulu biasa-biasa kini jadi terasa lebih berarti.
Saya SMA di SMA N 11 Malang, kalau sekarang mau mencari… Sudah tidak akan bisa ditemui lagi. Yang tersisa cuma papan penunjuk dan bangunannya aja, soalnya sudah beralihfungsi menjadi SMK.



Seperti remaja kebanyakan, yang saat itu pada masa-masa untuk mencari jatidiri. Banyak sekali hal-hal baru yang ingin dilakukan. Saya masih ingat, waktu itu saya mengalami cinta monyet yang cukup unik. Unik karena saya kira jarang dilakukan oleh orang lain. Singkatnya begini, saya adalah orang yang selalu mati gaya ketika bertemu dengan orang yang saya sukai. Nggak bisa ngomong dan selalu ndredegan. Haha. Tapi agar bisa kenal sama si dia waktu itu, saya nekat untuk kirim surat! Ya, di zaman yang udah ada HP dan email, saya pilih kembali ke masa lalu! Tapi ternyata sukses lho...


Kalau saya ingat-ingat itu saya jadi sering mesam-mesem sendiri. Sudah ah. Masa-masa jahiliyyah. Astaghfirullah. Lain kali aja cerita yang beginian..

Dari kelas satu sampe akhir kelas dua, pola berfikir saya masih biasa-biasa aja: sekolah yang rajin, terus lulus dengan nilai baik, habis itu masuk kuliah, dapet kerja, lalu menikah, dan…. Ya, hanya sebatas itu.

segalanya berubah ketika ada seorang guru seni yang mulai ngajar di sekolahku waktu itu. Sebut aja mas Haidar. Selain ngajar, orangnya suka sekali kumpul dengan kami yang ada di organisasi IMSEL (Independent Moslem Society of Eleven), BDI atau sejenis SKI di tingkat SMA. Mas Haidar seringkali mengisi kajian yang diadakan di masjid kelurahan. Sebenarnya namanya masjid Baiturrohim. tapi karena letaknya berada di kawasan kelurahan, tepat di samping sekolah. Jadilah namanya masjid Kelurahan. Maklum, sekolah kami dulu nggak punya musola atau masjid, baru berdiri 4 tahun.

Yang saya ingat jelas waktu itu, mas Haidar mengisi kajian tentang tujuan hidup manusia. Ada tiga pertanyaan yang ia sodorkan waktu itu:


Dari mana manusia berasal?
Untuk apa kita hidup?
Setelah kehidupan ini kita mau ke mana?

Kajian mas Haidar yang biasanya dibumbui oleh tawa, tiba-tiba menjadi serius ketika disodori tiga pertanyaan ini. Mas Haidar bilang, ketika manusia telah mampu menjawab tiga pertanyaan ini, ia akan menemukan tujuan hidupnya. Waktu itu saya berpikir, Oh, iya ya? Benar juga.

Ada tiga alternatif jawaban yang bisa ditemukan untuk menjawab pertanyaan tadi:
Pertama, manusia berasal dari tanah (materi), hidup untuk mencari materi sebanyak-banyaknya, dan ketika meninggal ia akan kembali menjadi tanah (materi). Jawaban yang pertama ini akan melahirkan pemikiran komunisme dan atheisme.
Kedua, manusia diciptakan oleh Sang Pencipta, suatu saat nanti ia akan kembali juga kepada Sang Pencipta. Namun dalam kehidupan ini, manusia berhak untuk mengatur jalan hidupnya sendiri, tanpa ada campur tangan dari Tuhan. Jawaban yang kedua ini melahirkan pemikiran sekularisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan.
Ketiga, manusia diciptakan oleh Sang Pencipta, hidup di dunia ini untuk mengemban amanah kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Dan ketika meninggal ia akan kembali ke Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah dilakukannya.  Ini adalah jawaban yang diberikan oleh Islam.

Dari ketiga jawaban tadi, jawaban ketigalah yang paling masuk akal. Secara singkat, tiga pertanyaan tadi jawabannya hanya satu: ALLAH. Kita berasal dari Allah, hidup untuk beribadah kepada Allah, dan mati akan kembali kepada Allah.

Kok bisa? Begini, dari mana kita berasal?  Ibu, ibu dari nenek, nenek dari ibunya nenek…. begitu seterusnya sampai di nabi Adam. Kira-kira, nabi Adam berasal dari mana? ALLAH! Lagipula adanya kursi apakah nongol begitu aja? Enggak, tapi pasti ada tukang kayu yang bikin. Sama dengan kita, kita ada juga ada yang menciptakan. Dan Pencipta itu tidak sama dengan yang diciptakan… (Terjawab pertanyaan pertama)

Pertanyaan kedua, untuk apa kita hidup? Kita sudah paham kalo kita diciptakan oleh Allah, pasti Allah yang lebih tahu untuk apa Dia menciptakan kita. Ibaratnya, masa pembuat kursi gak tahu kursi ia buat untuk apa? Jawaban mengapa Allah menciptakan kita ada di adz Dzaariat 56, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku…” (Terjawab juga pertanyaan kedua)

Yang terakhir, setelah kehidupan ini kita mau ke mana? Kita sudah mengimani Allah adalah Tuhan, dan tujuan kita hidup pun sudah tahu, yakni beribadah kepada-Nya. Maka ketika kita meninggal, ketika kita kembali kepada Allah, kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di dunia ini. Kita yang diberi amanah untuk hidup, sudahkah kita mempersembahkan hidup kita ini hanya untuk beribadah kepada-Nya?
Semenjak pertanyaan mas Haidar waktu itu… Dalam benak saya, terlihat ada sebuah persimpangan yang menuntut saya memilih salah satu jalan di antara keduanya. Life is a choice!